KINI, di era internet dan kemajuan media sosial, semua orang bisa menjadi wartawan. Everybody can be journalist!
Yang dimaksud menjadi wartawan di sini dalam pengertian teknik dan aktivitas jurnalistik, yakni membuat dan menyebarluaskan informasi aktual (berita).
Tidak bisa menulis? Anda bohong! Untuk menulis, Anda hanya butuh “niat” (kemauan). Lirik saja sejenak Teknik Menulis Berita, lalu bekali dengan Standar Profesi Jurnalistik, dan buatlah blog berita, maka Anda sudah menjadi wartawan!
Se-simple dan segampang itu? Ya! Kualifikasi utama wartawan adalah bisa menulis berita dan mempublikasikannya di media massa.
Anda juga tidak perlu menjadi “kuli tinta” di perushaan media. Anda bisa menjadi pemilik sekaligus pengelola media. Buat saja yayasan atau badan usaha untuk legalitas media Anda yang berupa blog itu.
Harus kuliah jurusan jurnalistik?
Tidak harus, tapi alumni jurnalistik akan jauh lebih qualified menjadi wartawan. Banyak (bahkan mungkin kebanyakan) alumni non-jurnalistik yang jadi wartawan. Sarjana teknik dari ITB atau sarjana pertanian dari IPB juga bisa dan banyak kok yang jadi wartawan.
Lagi pula, lihat saja lowongan reporter di perusahaan media. No. 1 biasanya mensyaratkan “Sarjana S1” bahkan ditambah “segala jurusan”. Nyaris tidak ada yang menyatakan “Sarjana Jurnalistik” atau “S1 Segala Jurusan diutamakan Lulusan Junalistik”.
Apa hebatnya jadi wartawan?
Allah SWT Mahaadil. Setiap profesi memiliki keunggulan dan ciri khas masing-masing. Keunggulan wartawan a.l. bertualang, keragaman, Bertemu orang penting, Memberi wawasan pada masyarakat, dan Menjadi pribadi tangguh (Merdeka).
Bahkan, hebatnya jadi wartawan nih, Anda bisa mudah bertemu pejabat tinggi, bebas tilang di jalan raya, bisa gratis ke mana-mana, nongkrong di Panti Pijat Juga Aman, bisa disegani, sering dapat undangan makan enak, bisa akrab dengan orang penting dan selebritas, gampang menembus birokrasi, bisa jadi pakar, bahkan bisa jadi Dubes atau Menteri (Menggebrak Dunia Wartawan, Kurniawan Junaedhie, Puspa Swara, Jakarta, 1993).
Tapi ingat, jangan jadi wartawan amplop, wartawan bodreks, wartawan tanpa suratkabar (WTS), atau wartawan abal-abal, apalagi jadi “preman” berkedok wartawan ataupun “pengemis” berbaju wartawan!
Kode etik adalah benteng profesi wartawan. Melanggar kode etik, maka Anda menjadi wartawan abal-abal itu! Wasalam. (www.baticmedia.com).*