Tuhan Lahir di Banyuwangi Tahun 1973

Komunikasi Praktis
Tuhan Lahir di Banyuwangi Tahun 1973

SEORANG tukang kayu bernama Tuhan di Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi, membuat geger.

Belakangan ini wajahnya kerap muncul di televisi, media cetak, dan media online.

Ayah beranak dua itu barangkali tak pernah menyangka ia bakal jadi pesohor. Hanya karena bernama “Tuhan”, ia mendadak diburu awak media dan menjadi headline di berbagai media.

Sepekan lalu salah seorang netizen mengunggah gambar kartu tanda penduduk (KTP) dengan tambahan kalimat yang mengundang tawa sekaligus penasaran: “Teori Januari Christi terbantah…Tuhan ada di Banyuwangi!!” Postingan itu akhirnya ramai di media sosial.

Jika publik heran dengan namanya, Tuhan justru merasa nama dari orang tuanya itu tidak bermakna khusus. “Selama ini semuanya biasa saja, tak ada yang bertanya maupun melontar guyonan,” ujar Tuhan di rumahnya, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu, 22 Agustus 2015, kepada Tempo.

Meski begitu suami Husnul Khotimah ini tak tahu persis mengapa baru kali ini namanya menyita perhatian khalayak. Sosok yang memotret KTP dan mengunggahnya di Facebook juga tak ia kenal. Dunia Tuhan memang tak akrab dengan Internet.

Tuhan hanya teringat sebelumnya ada seorang guru meminjam KTP-nya untuk perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan. Guru SD yang ia lupa namanya itu pernah membeli sepeda motornya merek Vixion. “Mungkin dari sini KTP saya ada yang motret,” kata Tuhan yang lahir di Banyuwangi 30 Juni 1973.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menganjurkan agar orang-orang sekitar menyadarkan Tuhan untuk segera mengganti namanya. Bahkan, MUI meminta petugas pencatatan sipil untuk menarik kartu identitas, agar empunya nama itu untuk sementara tak bisa mengakses layanan publik.

“Disadarkanlah untuk menambah namanya. Jadi biar sementara tidak dapat mengakses layanan pemerintah, sampai dia mengganti namanya,” tutur Ketua Umum MUI Jawa Timur KH Abdusshomad Bukhori kepada wartawan.

Menurut Abdusshomad, dalam Islam, penggunaan nama Tuhan diperbolehkan jika sifat-sifat ketuhanan ditambahkan dengan kata hamba. Ia mencontohkan namanya, Abdusshomad, yang merupakan gabungan dari kata abdu (hamba) dengan ash-shomad (tempat bergantung semua makhluk).

“Jadi Tuhan baik, tapi enggak cocok untuk nama. Itu mensyirikkan nama Tuhan, karena Tuhan kan zat yang disembah, tidak sesuai. Penodaan,” kata Abdusshomad.*

Discover more from Komunikasi Praktis

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading