Tips Penulisan Humas (PR Writing) dari Reporter

Komunikasi Praktis
Tips Penulisan Humas (PR Writing) dari Reporter

SALAH satu tugas staf hubungan masyarakat (humas) atau praktisi public relation (PR practisioner) adalah menulis. Di dunia kehumasan dikenal sebagai “PR Writing” atau penulisan humas.

Keterampilan menulis (writing skill) merupakan syarat utama praktisi humas. Bahkan, “Writing is the number one skill of PR practitioners,” kata Craig Pearce dalam blognya, craigpearce.infoIt’s more important than being a nice person. Seriously.” Keterampilan menulis lebih penting ketimbang jadi “orang baik. Tidak ada PR tanpa keterampilan menulis,” imbuh Todd Hunt. (Baca: Praktisi Humas Wajib Bisa Menulis).

PR Writing bukan hanya menulis siaran pers (press release/rilis), tapi mencakup surat-menyurat perusahaan (corporate letters), penulisan naskah iklan (copy writing), penulisan brosur, dan sebagainya. Di era digital, petugas PR juga harus mampu berkomunikasi tulisan di media online dan media sosial.

Tips dari Reporter tentang Penulisan Humas (PR Writing)

Berikut ini tips dari reporter tentang penulisan humas sebagaimana dimuat The PR News Blog. Mengapa tips reporter penting bagi humas karena reporter “menyuarakan” perspektif media.

Praktisi humas pun harus tahu dan “meniru” cara berpikir reporter sebagaimana ungkapan “think like a journalist” agar bisa menulis sebaik reporter media.

  • Pertama dan terutama, sampaikan cerita (tell a story) atau informasi, tapi ingat informasi Anda tidak otomatis menarik bagi media dan para pemangku kepentingan (stakeholders). Anda harus mengantisipasi apa yang  signifikan dalam perspektif publik. Tapi mari kita kembali kepada konsep penyampaian informasi. Informasi yang Anda tulis akan menarik perhatian jika mengandung progres, perubahan, kejutan, atau prestasi. Intinya, dalam informasi harus ada hal menarik yang bisa ditawarkan kepada pembaca.
  • Jangan membesar-besarkan berita kecil (don’t force big news out of small news).  Ini akan membuat lembaga, perusahaan, atau instansi Anda kehilangan kredibilitas. Acara yang dihadiri puluhan orang, misalnya, dimanipulasi dengan menyebutkan “dihadiri ribuan orang”.
  • Jangan menulis lead (teras) dengan unsur “what” (apa), awali dengan unsur “why” (kenapa). Sulit bagi reporter untuk peduli bahwa CEO Anda harus saja menyampaikan pidato di sebuah konferensi, atau perusahaan Anda baru meraih penghargaan, atau laba perusahaan Anda meningkat sekian persen. Mudah bagi reporter untuk peduli bahwa presentas CEO Anda benar-benar penting karena menjadi berita atau menggemparkan.
  • Saat menggunakan kutipan, hindari “happy talk”, yaitu kata-kata “berbunga” yang berisi pujian bagi direktur atau perusahaan Anda (narsis). Misalnya, “sebagai bentuk kepedulian perusahaan” atau “direktur yang murah senyum ini…” Langsung to the point saja kepada pokok masalah tanpa menggunakan kata-taka berona (colorful words).
  • Hindari juga kata-kata usang dan hiperbolik (melebih-lebihkan).
  • Jangan lupakan lead (teras), yaitu alinea pertama. Biasanya, Anda bisa menyampaikan inti cerita (informasi pokok) di setengah jumlah kata-kata yang Anda gunakan. Di sinilah praktisi humas memiliki keterampilan menyunting naskah (self editing) dan memahami gaya piramida terbalik (inverted pyramid) dalam penulisan naskah berita.
  • Jangan gunakan tanda seru. Jangan gunakan kata-kata cetak tebal (bold). Jangan gunakan semua huruf kapital (all-caps).

Penulisan humas (PR Writing) memang membutuhkan sentuhan ilmu jurnalistik. Praktisi humas bukanlah “tukang foto kopi” dan bukan pula “tukang kliping”, tapi “produser informasi” sebagaimana halnya reporter atau media. Good Luck! (www.komunikasipraktis.com).*

Discover more from Komunikasi Praktis

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading