Tabloid Indonesia Barokah yang menghebohkan jagat politik Indonesia adalah media abal-abal sekaligus media propaganda.
Tabloid Indonesia Barokah: Media Abal-Abal Sekaligus Media Propaganda. Foto: Antara. |
Dari sisi legalitas, Tabloid Indonesia Barokah adalah media abal-abal karena tidak berbada hukum dan tidak terdaftar di Dewan Pers. Redaksi dan alamat redaksinya juga fiktif.
Dipastikan, Tabloid Indonesia Barokah juga merupakan media propaganda, bukan media jurnalistik. Indikatornya, tabloid siluman dengan penyandang dana siluman ini juga digratiskan dan ditujukan segmen audiens khusus, yakni kalangan masjid dan pesantren.
Dari kontennya yang berupa kampanye negatif bahkan kampanye hitam untuk menjatuhkan citra, popularitas, dan elektabilitas Prabowo-Sandiaga, Tabloid Indonesia Barokah jelas merupakan media propaganda.
Secara fisik, Tabloid Indonesia Barokah termasuk media massa, namun dengan julukan tambahan sebagai media abal-abal, media propaganda, serta media partisan.
Kubu Jokowi Membela
Kubu Prabowo mengecam dan memolisikan Tabloid Indonesia Barokah. Sebaliknya, karena merasa diuntungkan, kubu Jokowi justru membela Tabloid Indonesia Barokah.
Namun, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin menilai tabloid itu tidak memberikan untung bagi mereka. Siapa yang mengedarkan tabloid itu, tidak diketahui TKN Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Kami pertama tidak mengerti siapa yang menerbitkan tabloid Barokah dan setelah kami baca isinya sebenarnya semua yang disampaikan itu fakta. Jadi menurut saya hak teman-teman BPN kalau mau melaporkan itu ke Bawaslu,” kata Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding.
Pandangan lain dikemukakan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, yang menilai terbitnya tabloid Indonesia Barokah justru merupakan penggembosan terhadap Jokowi.
“Itu saya kira polisi harus bertindak. Saya khawatir kayak ada langkah penggembosan kepada Pak Jokowi. Kok tiba-tiba apa modus yang dituduhkan pada Pak Prabowo itu ada di Pak Jokowi semua,” kata Fahri.
Ia menduga apa mungkin karena ada yang berpindah tim sukses hingga akhirnya terjadi penggembosan. Termasuk soal polemik pembebasan Abu Bakar Ba’asyir yang juga mengarah pada penggembosan.
“Jadi yang kena tuh Pak Jokowi lagi. Saya dari jauh melihat Pak Jokowi sedang dilucuti secara perlahan-perlahan,” kata Fahri.
Ia menilai bisa jadi pelucutan terhadap Jokowi ini tak disadari. Sebab kasus Ba’asyir dinilai memalukan sekali.
“Ini kan kayak lebih parah dari hoaxnya Ratna Sarumpaet. Jadi mungkin ini ada operasi intelijen gitu ya, Ratna Sarumpaet dikirim ke sebelah sini, ini dikirim ke sebelah situ, akhirnya saling melucuti gitu,” kata Fahri.
Ia meminta Jokowi berhati-hati. Sebab Jokowi malah seperti digeruduk pelan-pelan.
“Kalau saya melihatnya begitu, itu merugikan semua itu. Hati-hatilah Pak Jokowi karena ini sepertinya ada upaya Pak Jokowi kayak digeruduk pelan-pelan gitu,” kata Fahri dikutip viva.co.id.