DI posting sebelumnya sudah diulas soal judul berita umpan klik (clickbait journalism) yang ngetrend di kalangan media online atau situs-situs berita saat ini –demi trafik.
Kali ini admin memberikan contoh judul berita umpan klik alias jebakan klik lainnya, yaitu berita di Republika Online: Ledakan Bom di Polda Metro Jaya Satu Polisi Terkapar, Ada Apa?
Berita itu di-share fanspage Republika Online sebagai berikut:
Dengan penambahan kalimat “Ledakan tersebut terjadi sekitar pukul 11.15 WIB”, pembaca dibuat percaya bahwa ledakan bom itu benar-benar terjadi, apalagi kita belum lama dihebohkan dengan kasus ledakan bom beneran di kawasan Sarinah Thamrin Jakarta.
Inilah salah satu dampak persaingan ketat media online. Rupanya Republika pun tertular gejala judul sensasional-bombastis demi mengejar trafik atau jumlah pengunjung situsnya.
Reaksi Facebooker pun kebanyakan mengecam redaksi Republika yang membuat judul jebakan klik yang jelas menipu pembaca itu. Admin sendiri sudah curiga, soalnya sering banget ada berita semacam itu, yakni berita simulasi penanganan terorisme, latihan penanganan kerusuhan, dan sejenisnya, namun dibuat judulnya seolah-olah beneran.
Berikut ini kutipan berita selengkapnya:
Ledakan Bom di Polda Metro Jaya Satu Polisi Terkapar, Ada Apa?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Satu polisi terkapar di tengah lapangan Sabhara Polda Metro Jaya siang ini, Kamis (4/2), sekitar pukul 11.20 WIB. Polisi tersebut terkapar setelah terjadi satu kali bunyi ledakan.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, ledakan tersebut terjadi sekitar pukul 11.15 WIB. Tak berapa lama usai ledakan tersebut, asap putih mulai memenuhi area lapangan dan alarm mobil-mobil yang berada di sekitar lapangan saling bersahutan.
Masyarakat di sekitar lapangan sontak langsung mendongakkan kepala dan bertanya sana-sini apa yang terjadi. Terutama, di area kantin PMJ yang saat itu dipenuhi oleh orang-orang yang sedang menikmati makan siang. Dengan wajah bingung, mereka bertanya-tanya satu sama lain.
Kabut tebal masih menyelimuti area sekitar lapangan Sabhara. Baku tembak senjata api juga mulai terdengar dari balik kabut tersebut. Saat kabut asap mulai menipis, terlihat seorang anggota polisi terkapar di tengah lapangan.
Belum diketahui dari mana asal ledakan itu. Yang jelas, puluhan aparat polisi mulai mengitari dan berjaga-jaga di sekitar area lapangan untuk mengawasi pergerakan musuh. Puluhan aparat itu bersembunyi di balik sepeda yang mereka gunakan sebagai area berlindung.
Terlihat di tengah lapangan, terdapat juga dinding tripleks yang tegak berdiri dari berbagai arah. Tak berapa lama, terdengar juga ledakan kedua sekitar pukul 11.42 WIB. Suara sahut-menyahut alarm mobil kembali terdengar.
Kejadian ini ternyata bukan peristiwa sungguhan. Kabid Humas PMJ Kombes Muhammad Iqbal mengatakan, apa yang terjadi di lapangan Sabhara merupakan bagian latihan antisipasi bom.
Kata dia, aparat kepolisian PMJ saat ini tengah melakukan antisipasi bom dan ancaman teror setelah kejadian bom Sarinah lalu. Selain itu, antisipasi ini juga dilakukan untuk semakin memperkuat aparat dan juga personel Brimob PMJ.
“Garis besarnya, kami sedang melakukan antisipasi secara maksimal, melihat anggota kita sekuat apa dan supaya kita semakin kuat,” ujar Iqbal.
Perhatikan bagian awal berita alias teras (news lead). Sangat menipu pembaca! Celakanya, link berita itu di-share oleh tak kurang dari 42 Facebooker!
Inilah yang disebut “bentuk terendah jurnalisme media sosial” (lowest form of social media journalism) yang merusak citra jurnalis profesional. (Baca: History of Clickbait Journalism).
Judul berita seperti atas biasa dibuat oleh koran kuning penganut jurnalisme kuning (yellow journalism). Apakah Republika dulu yang didirikan oleh sejumlah tokoh cendekiawan Muslim itu kini sudah menjadi media sejenis koran kuning juga? Wallahu a’lam.
Kita simak sejumlah komentar Facebooker:
- Nee Republika. Daah sama kyak media2 ngak bermutu lain nyaa neee…
- Medianya gak mendidik, seharusnya dari judul itu orang sudah bs mengerti kalau ini latihan antisipasi teror, jadi pokok beritanya itu harusnya Latihan bukan ledakan bom.
- Berita provokatif nih..ati2 bung bikin judul berita
- Ketularan gaya Tribunnews
Kita tunggu sikap Dewan Pers yang menjadi penjaga kemerderkaan pers dan penegak kode etik jurnalistik, untuk menertibkan media-media yang hampir selalu membuat judul sensasional, bombastis, berupa jebakan klik itu. Publik dirugikan! Pembaca tersakiti! Boikot media-media penganut jurnalisme umpan klik! Wasalam. (http://www.komunikasipraktis.com).*