Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung Deddy Ismatullah dipecat dari jabatannya oleh Kementerian Agama RI. Isu pemecatan rektor ini pertama kali diekspos situs galamedianews.com, tanpa ada konfirmasi karena sang rektor menolak diwawancara dan pihak kampus belum menerima salinan SK Pemecatan.
Selang beberapa hari, situs resmi Lembaga Pers Mahasiwa (LPM) UIN Bandung, suakaonline.com, mengkonfirmasi isu tersebut: Rektor UIN Bandung resmi dipecat, plus wawancara dengan pihak kampus dan nomor SK Kemenag tentang pemecatan tersebut.
Namun, Suaka Online belum mendalami berita tersebut terkait alasan pemecatan. Narasumber mengaku tidak tahu pasti alasan pemecatan.
Dari berita pers kampus itu, sejumlah media, seperti bisnis.com dan tempo.co, mengembangkan berita tersebut dengan konfirmasi kepada pihak Kementerian Agama di Jakarta. Hasilnya, confirmed, sang rektor resmi dipecat dengan alasan “penyalahgunaan wewenang” alias melanggar Peraturan Pemerintah tentang PNS.
Tidak ada penjelasan lebih jauh soal “penyalahgunaan wewenang” (abuse of power) tersebut. Namun, diketahui, sang rektor yang menjabat sejak 2011 dan masa jabatannya berakhir pada September 2015 itu, pernah melakukan politik praktis di kampus. Saat peremian kampus baru, Maret 2014, sang rektor menyatakan dukungan kepada Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) yang saat itu menjabat Menteri Agama.
Deddy yang pernah menjabat anggota dewan pakar DPP PPP, menyatakan dukungannya terhadap pencapresan SDA dalam Pilpres 2014. Dukungan yang sempat memicu aksi protes mahasiswa.
Dalam kasus pemecatan rektor ini, pers kampus menunjukkan perannya dengan baik. Ia menjadi referensi utama sebuah kasus yang muncul di kampusnya. Demikianlah seharusnya pers kampus, yakni mengabarkan dinamika kampus dan jika kasusnya “besar” akan menjadi rujukan media mainstream di luar sana.
Pers Kampus: Elite Papers
Pers kampus, korna kampus, atau student papers yang kini bisa berwujud media online, idealnya memang “hanya” mengabarkan dunia mahasiswa, dunia kampus, dan isu-isu yang terkait dengan target pembaca utamanya: mahasiswa.
Pers kampus tidak harus berusaha bersaing dengan media umum yang konten beritanya menyangkut “segala macam”. Pers kampus harus fokus ke isu-isu kampus, mahasiswa, dunia pendidikan, dan hal lain yang masih ada kaitannya dengan kampus/mahasiswa.
Dalam Pers Kampus: Pengertian, Karakter, dan Isi disebutkan, Pers Kampus masuk kategoriElite Papers. Visi, misi, dan isinya ditujukan untuk kepentingan mahasiswa juga atau seluruh sivitas akademika, jangan diarahkan menjadi pers umum.
Pakar jurnalistik dari Universitas Stanford, William L. Rivers, sebagaimana dikutip Assegaf (1985:104), mengemukakan karakteristik ideal sebuah Pers Kampus sebagai berikut:
- Pers kampus harus mengikuti pendekatan jurnalistik yang serius (must be approached as a serious work of journalism).
- Pers kampus harus berisikan kejadian-kejadian yang bernilai berita bagi lembaga dan kehidupannya (It should report and explain newsworthly events in the life of the institution).
- Pers kampus harus menjadi wadah bagi penyaluran ekspresi mahasiswa (provide medium for student expression).
- Pers kampus harus mampu menjadi pers yang diperlukan oleh komunitas kampusnya (It should make itself indispensable to the school community).
- Pers kampus tidak boleh menjadi alat klik atau permainan yang memuaskan kelompok kecil di kampus (It can’t be a clique operation a toy for the amusement of a small group).
- Pers kampus harus dapat memenuhi fungsinya sebagai media komunikasi (Serve the purpose of mass communications).
Konten Pers Kampus
Isi Pers Kampus, sebagaimana dikemukakan (Assegaf, 1985:105), harus menyangkut kepentingan civitas akademika, utamanya mahasiswa, misalnya tentang:
- Perkembangan sains dan teknologi.
- Sistem pendidikan baru,
- Penelitian.
- Sumber dana penelitian.
- Beasiswa.
- Kehidupan sekitar kampus atau mahasiswa.