Pengertian Resesi dan Krisis Ekonomi dan Perbedaannya. Ada juga Depresi Ekonomi.
Menkopolhukam Mahfud MD menyebut Indonesia akan dilanda resesi ekonomi bulan depan. Kendati demikian, resesi itu tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi.
Saat memberikan sambutan dalam acara temu seniman dan budayawan Yogyakarta, Sabtu (29/8/2020), Mahfud meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir mengingat resesi bukanlah krisis ekonomi.
“Resesi itu teknis, sebenarnya, tidak berbahaya, aman. Karena resesi itu artinya pertumbuhan ekonomi itu minus atau di bawah 1 selama 2 kuartal berturut-turut,” ucapnya.
Terlebih, Indonesia memiliki ekonomi kerakyatan yang mampu menanggulangi resesi.
“Tetapi resesi itu bukan krisis, beda resesi dengan krisis. Karena kita di Indonesia itu punya bahan-bahan lokal, ekonomi rakyat kalau itu bisa digunakan, dinormalkan lagi kehidupan ekonomi rakyat maka resesi yang pasti terjadi itu tidak akan menimbulkan krisis,” jelasnya dikutip detikcom.
Menurut ekonom Piter Abdullah, definisi resesi secara umum adalah pertumbuhan ekonomi yang negatif selama 2 triwulan berturut-turut.
“Sebetulnya resesi ini adalah sesuatu yang tidak terlalu berbahaya, karena banyak negara yang mengalami resesi, apalagi di tengah wabah covid-19 ini sudah banyak negara menyatakan secara resmi mengalami resesi,” katanya.
Menurutnya resesi itu merupakan siklus bisnis dan sesuatu yang wajar terjadi, yang berbahaya itu bukan resesi tapi krisis, depresi ekonomi.
Apabila suatu negara mengalami krisis sampai terdepresi, maka itu yang terjadi bukan sekadar siklus bisnis atau resesi, melainkan kondisinya sudah lebih buruk dari itu.
“Kalau resesi itukan perlambatan ekonominya menurun tapi masih sehat, krisis itu menurun sangat dalam dan sudah tidak sehat, sudah sakit. Nah, dunia usahanya sudah collapse sudah terjadi krisis,” ujarnya.
Ia pun merujuk pada krisis yang terjadi tahun 1998, pada saat itu pertumbuhan ekonominya sudah sangat dalam, dan perusahaannya banyak yang bangkrut, karena perusahaannya bangkrut maka merambat ke sektor keuangan, non-performing loan (NPL)-nya naik sehingga perbankannya ikut bangkrut.
“Nah itu yang kita alami di tahun 1997 dan 1998 itu yang lebih berbahaya,” katanya dilansir Liputan6.
Demikian, menurut Piter kalau sekedar perlambatan ekonomi turun menjadi negatif seperti sekarang, misalnya kita yakini perkirakan triwulan 2 ini akan minus cukup dalam, Pemerintah saja sudah memperkirakan minus 3,8 persen, bisa lebih besar dari itu.
Pengertian Resesi dan Krisis Ekonomi
Resesi dan krisis berbeda pengertian. Di antara kedua istilah ada juga depresi.
Krisis ekonomi merupakan kata umum yang mewakili resesi ekonomi dan depresi ekonomi. Menurut Fortune, perbedaaanya bisa dilihat dari penurunan PDB dan jangka waktunya.
Dalam istilah resesi, penurunan PDB berada di kisaran -0,3% hingga -5,1%. Sedangkan dalam istilah depresi, penurunan PBD berada di kisaran -14,7% hingga -38,1%.
Penurunan PBD pada depresi ekonomi jauh lebih buruk daripada resesi.
Selain perbedaan besar penurunan PBD, jangka waktu krisis juga menentukan perbedaan antara resesi dengan depresi.
Pada resesi, jangka waktu/ lamanya krisis berlangsung selama 6-18 bulan. jadi kalau dua Kuartal berturut-turut sudah bisa disebut Resesi.
Sedangkan untuk depresi, lamanya krisis berlangsung antara 18-43 bulan. Dengan kata lain, depresi ekonomi merupakan kondisi yang jauh lebih buruk dan lebih lama dari resesi.
Dari segi bahasa, berikut ini pengertian resesi, krisis, dan depresi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
- Rèsèsi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).
- Krisis adalah keadaan yang berbahaya (dalam menderita sakit); parah sekali; keadaan yang genting; kemelut; keadaan suram (tentang ekonomi, moral, dan sebagainya).
- Déprèsi adalah keadaan perniagaan yang sukar dan lesu; gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan tertekan).