Pengertian Komunikasi Manipulatif: Pencitraan

Komunikasi Praktis
Pengertian Komunikasi Manipulatif: Pencitraan

Pengertian Komunikasi Manipulatif dalam Konteks Politik: Kelakuan Politisi untuk Pencitraan.

BANYAK pejabat melakukan komunikasi manipulatif untuk pencitraan. Mereka berkomunikasi via media sosial atau media massa demi menaikkan popularitas.

Mereka memanipulasi fakta, bahkan menipu diri sendiri, demi pencitraan. Dalam komunikasi politik, pencitraan demi popularitas ini disebut komuniksi manipulatif.

Politisi atau pejabat yang melakukan komunikasi manipulatif tak ubahnya pengemis yang pura-pura cacat untuk mengundang belas kasihan.

Pengertian Komunikasi Manipulatif

Apa itu komunikasi manipulatif? “Isi pesan yang tidak sebenarnya karena rekayasa, itulah inti komunikasi manipulatif,” tulis di harian Kompas, 11 Februari 2013.

Istilah komunikasi manipulatif pernah diucapkan Prof Dr Santoso Hamidjoyo. Dapat terjadi pesan melalui media penuh kepentingan: mulai dari peng-”arah”-an pesan, penyajian pesan berat sebelah, sampai penyodoran kebohongan.

Kebohongan acap tiba-tiba jadi komoditas sebab pers tak tampil profesional. Penampilan kebohongan dalam praktik jurnalisme berarti terjadi komunikasi yang manipulatif. Jangan sampai itu adalah pesanan pemilik modal. Kepemilikan media yang sangat kuat dan besar (konglomerasi) cenderung berbuat yang berlebihan.

Fenomena pencitraan di kalangan politisi atau pejabat menyuburkan komunikasi manipulatif. Melalui berbagai upaya, mereka berkesan hebat, bersih, pro-rakyat, dll. Seringkali, seorang pejabat humoris dan menyenangkan hanya di media sosial. Faktanya, jutek! “Bikes” atau bikin kesel.

Komunikasi manipulatif tidak dilandasi oleh kejujuran. Cukup banyak contoh komunikasi manipulatif demi pencitraan: acting blusukan agar dikesankan dekat dan prorakyat, padahal kebijakannya prokapitalis; acting religius, padahal kedekatannya dengan masjid atau umat Islam hanya untuk pencitraan pro-Islam; dll.

Secara bahasa, manipulatif artinya tindakan memanipulasi atau menipu. KBBI menyebutkan,

  • manipulasi/ma·ni·pu·la·si/ n 1 tindakan untuk mengerjakan sesuatu dengan tangan atau alat-alat mekanis secara terampil; 2 ki upaya kelompok atau perseorangan untuk memengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat orang lain tanpa orang itu menyadarinya; 3 ki penggelapan; penyelewengan: — uang proyek di instansi itu telah diperiksa oleh Bepeka;
  • — psikologis usaha memengaruhi individu dengan mengendalikan segala keinginan dan gagasan yang ada di bawah sadar, juga menggunakan sugesti;
  • memanipulasi/me·ma·ni·pu·la·si/ v 1 mengerjakan sesuatu dengan menggunakan tangan; 2 mengatur (mengerjakan) dengan cara yang pandai sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki: pembicara yang pandai dapat – sidang sehingga semua hadirin diam terpukau; 3 berbuat curang (memalsu surat-surat, menggelapkan barang, dan sebagainya): ia dihukum karena – cek;
  • memanipulasikan/me·ma·ni·pu·la·si·kan/ v memanipulasi;
  • pemanipulasian/pe·ma·ni·pu·la·si·an/ n proses, cara, perbuatan memanipulasi atau memanipulasikan

Bukan hanya politisi atau pejabat, kita juga sering melakukan komunikasi manipulatif, misalnya di media sosial.

Misalnya, kita merekayasa foto, keadaan, perasaan, atau hanya mengunggah hal-hal baik dan keceriaan di media sosial. Padahal, faktanya tidak seperti ditampilkan di status atau foto yang diupload di medsos.

Demikian sekilas ulasan tentang Pengertian Komunikasi Manipulatif dalam Konteks Politik: Kelakuan Politisi untuk Pencitraan. (www.komunikasipraktis.com).*

Discover more from Komunikasi Praktis

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading