Jurnalistik atau jurnalisme multimedia (multimedia journalism) sebenarnya bukan hal baru dan sudah ada sebelum di era internet.
Ketika media penyiaran radio dan televisi hadir, jurnalistik sudah memasuki era multimedia, dengan munculnya jurnalisme radio (audio) dan jurnalisme televisi (video) atau jurnalisme penyiaran (broadcast journalism).
Hanya saja, dulu multimedia dalam pengertian terpisah –teks dan gambar (cetak), audio (radio), video (televisi).
Kini format multimedia dalam pemberitaan atau sajian informasi bisa disatukan dalam satu wadah, yaitu halaman website (web page). Wartawan bisa menyajikan sebuah berita dalam format teks (tulisan), gambar, audio, dan video sekaligus.
Wartawan juga bisa memilih format terbaik atau paling efektif dalam menyampaikan berita, apakah berupa tulisan, foto, video, animasi, atau infografis.
Jadi, jurnalisme multimedia kian menemukan momentum setelah kehadiran internet (media online) dan media massa melakukan konvergensi.
Konvergensi adalah peleburan bentuk media tradisional ke dalam sebuah kesatuan yang dipublikasikan secara online.
Digitalisasi media juga membawa dampak pada praktik jurnalisme berupa penggunaan elemen multimedia dalam pemberitaan atau penyajian informasi.
Pengertian Jurnalisme Multimedia
Jurnalisme multimedia adalah jurnalistil kontemporer yang menggabungkan elemen audio, foto, video, teks, animasi, dan infografis dalam satu kemasan pemberitaan atau sajian informasi.
Multimedia adalah bentuk komunikasi yang menggabungkan berbagai bentuk konten seperti teks, audio, gambar, animasi, atau video ke dalam satu presentasi interaktif.
Jurnalisme multimedia berbeda dengan jurnalisme online.
Menurut Mark Deuze dalam What is Multimedia Journalism? (2004), jurnalisme online tidak didorong oleh tujuan multimedia. Sebaliknya, penggunaan beberapa medium dilihat sebagai potensi, tapi bukan sebagai elemen penting yang memberi nilai tambah pada presentasi jurnalisme online.
Jurnalisme online merupakan praktik jurnalisme dalam internet atau menggunakan website sebagai saluran pemberitaan atau publikasi berita.
Jurnalisme multimedia menegaskan sekaligus mendorong wartawan atau situs berita (media massa online) menyajikan berita tidak hanya dalam bentuk teks (tulisan), namun juga audio, video, animasi, dan infografis.
Jurnalis adalah “pendongeng” (storyteller). Jurnalis multimedia adalah pendongeng yang bekerja di banyak dimensi.
Mereka menganut prinsip tradisional jurnalisme: objektivitas, akurasi, sumber yang kredibel, dan tulisan yang kuat. Tapi mereka menceritakan kisah yang mereka liput melalui beberapa kombinasi teks, gambar, suara, video dan grafik.
Jurnalisme telah ada selama berabad-abad, tetapi jurnalisme multimedia adalah jalur karier yang relatif baru—dan masih berkembang.
Jurnalisme multimedia tumbuh dari menjamurnya platform digital dan saluran media sosial, dan pergeseran preferensi orang tentang cara mereka mengonsumsi berita. Teknologi yang semakin terjangkau dan mudah diakses hanya menambah momentum tren.
Semua faktor ini mengutamakan konsep, produksi, dan pengemasan konten.
Menguasai Jurnalisme Multimedia
Di satu sisi, jurnalisme multimedia menyediakan cara yang hampir tak terbatas untuk menceritakan sebuah kisah.
Di sisi lain, jurnalis juga memiliki lebih banyak pilihan tentang bagaimana, kapan, dan di mana menyampaikan berita itu.
Wartawan modern di era internet ini dapat menggunakan animasi, menyematkan tweet, menambahkan musik, atau membuat grafik interaktif.
Bahkan, memutuskan platform dapat memperumit banyak hal—pilihan berkisar dari situs web hingga podcast, TV, jejaring sosial, radio, surat kabar, dan majalah. Kemungkinan besar Anda harus menyesuaikan konten dengan kombinasi keduanya.
Jadi bagaimana wartawan memilih platform yang sesuai? Mempertimbangkan:
- Elemen apa yang perlu Anda sertakan untuk menarik dan mempertahankan perhatian audiens?
- Media apa yang paling akurat dan mudah diakses?
- Berapa panjang ideal cerita Anda? Berapa banyak?
Ini bisa menjadi pertanyaan rumit, tanpa jawaban yang jelas.
Untungnya, seiring berkembangnya bidang ini, para ahli bermunculan. Semakin banyak perguruan tinggi dan universitas yang memasukkan studi multimedia ke dalam program jurnalisme mereka atau menyalurkan konsep-konsep tersebut ke jurusan yang terpisah.
Sejumlah universitas sudah meluncurkan jurusan jurnalisme multimedia.
Mahasiswa harus berharap untuk terlibat dengan berbagai format yang digunakan saat ini untuk melaporkan berita.
Kursus untuk calon jurnalis multimedia termasuk pendukung jurnalisme seperti penulisan media dan pelaporan berita tetapi juga penceritaan digital dan desain web.
Apa yang Dilakukan Jurnalis Multimedia?
Jurnalis saat ini atau mahasiswa jurnalistik dituntut mendalami pengeditan video, perangkat lunak seni, desain web, produksi film, dan teknik audio.
Hal itu karena tuntutan kepada jurnalis multimedia banyak: Selain melatih penilaian berita yang solid dan bekerja di bawah batasan waktu (deadline) yang terkadang kaku, mereka harus melenturkan otot kreatif mereka dan dengan hati-hati menentukan seperti apa tampilan dan suara produk akhir.
“Wartawan saat ini perlu memiliki lebih dari sekadar keterampilan pelaporan dan pengeditan,” kata Ron Wiginton, profesor jurnalisme dan bahasa Inggris di Elmhurst University.
“Dari blog hingga produksi video, lanskap media menuntut jurnalis bersiap untuk menyajikan berita di media cetak dan dunia maya.”
Itu berarti bahwa ketika Anda berada di ruang redaksi atau sedang meliput sebuah berita, Anda harus menilai tidak hanya apa yang membuat cerita harus dibaca, tetapi juga presentasi video atau audio yang menarik.
Jadi, penting untuk mengetahui dasar-dasar perekaman, penyuntingan, dan produksi—teknik-teknik yang diajarkan dalam program jurnalisme multimedia.
Mengapa Jurnalisme Multimedia Penting?
Meskipun jurnalisme secara keseluruhan telah kehilangan pekerjaan selama lebih dari satu dekade, jurnalisme multimedia telah muncul sebagai mercusuar harapan untuk masa depan.
Outlet baru, seperti jaringan podcast, layanan streaming, dan startup web, berarti peluang kerja baru dan audiens baru.
“Dengan jumlah konten digital yang diproduksi setiap tahun, dan tidak ada tanda-tanda akan melambat, permintaan individu dengan keterampilan ini akan terus meningkat,” kata Kristyn Jo Benedyk, direktur program media digital di Elmhurst University.
Peluang untuk berkembang ada di mana-mana. Selalu ada lebih banyak keterampilan yang harus dikuasai.
Anda akan bekerja dengan orang-orang yang kreatif dan bersemangat. Anda akan bertemu dan belajar tentang orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Anda akan merasakan kesibukan mengejar sebuah cerita dan membagikannya kepada publik.
Demikian Pengertian Jurnalisme Multimedia dan Perbedaannya dengan Jurnalistik Online.
Sumber: Elmhurst dan sumber lain.