BEBERAPA kata atau istilah dalam bahasa Arab menimbulkan polemik dalam penulisannya. Misalnya Penulisan Kata Insya Allah.
Selain itu, penulisan kata “Amin” (آمين) dalam bahasa Indonesia menimbulkan perdebatan tak kalah sengitnya.
Satu pihak bersikukuh menuliskannya dengan “Aamiin”. Pihak lain mengatakan penulisan yang benar “Amin”.
Kubu “Aamiin” berdalih, kata “Amin” bermakna lain. Kubu ini memilih penulisan “Amin” dengan “Aamiin”.
Menang ada tiga macam kata lain dalam Bahasa Arab yang juga dibaca “Amin”:
- أَمِيْنٌ (amīn), artinya “orang yang amanah/tepercaya”. (Kata ini juga dipakai untuk menggelari Nabi Muhammad debgan gelar “Al-āmīn”)
- أٰمِنْ (āmin), artinya “berimanlah” atau “berilah jaminan keamanan”.
- آمِّيْنَ (āmmīn, dengan ā sangat panjang/sepanjang 5 harakat), artinya “orang yang bermaksud menuju suatu tempat”. (Wikipedia)
Penulisan “Aamiin” tidak salah. Itu namanya penulisan kata sesuai dengan pengucapannya (bahasa lisan/bahasa tutur).
Namun, jika “amin” ditulis “aamiin”, maka kubu ini harusnya konsten juga menuliskan istilah Arab yang lain sesuai dengan pengucapannya.
Misalnya: Awlooh, Bismillaah, Insyaa Awloh, Rosuluwloh, Subhaanawlooh, dan sebagainya.
Lalu bagaimana penulisan kata “Amin” yang benar?
Kita bahasa dulu pengertian kata “Amin”.
Pengertian Amin
Kata “Amin” biasa diucapkan usai membaca surat Al-Fatifah dan berdoa. Ketika mendengar doa, kita juga mengucapkan kata “Amin”.
Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof KH Nasaruddin Umar, sebagaimana dimuat Republika, kalangan ulama tafsir mengemukakan tiga makna kata Amin:
- Amin artinya ‘Demikianlah adanya’ (kadzalika yakun)
- Amin artinya ‘Ya Allah kabulkanlah doa kami’ (Allahumma istajib)
- Amin adalah salah satu nama dari nama-nama Allah SWT’ (innahu min asma’ Allah Swt).
Pengertian “Amin” dalam doa adalah yang kedua, yaitu “kabulkanlah permohonan kami”.
Rasulullah SAW pernah didaulat untuk mendoakan seorang nenek yang intinya minta didoakan masuk surga.
Setiap kali Nabi mengakhiri doanya setiap itu pula ada suara riuh mengucapkan amin. Sang nenek kaget karena begitu banyak suara amin di dalam ruangan padahal ia hanya berdua dengan Nabi di dalamnya.
Ia bertanya kepada Nabi, siapa yang mengaminkan doa-doa kita. Nabi menjawab yang mengaminkan doa-doa kita ialah tembok-tembok di sekitar kita. Hadis ini membuktikan bahwa sesungguhnya tidak ada benda mati di sisih Allah SWT.
Lafaz amin juga diucapkan oleh para malaikat di belakang kita setiap kali kita membaca doa di dalam sholat dan seusai sholat.
Penulisan Kata ‘Amin’ yang Benar
Penulisan Kata ‘Amin’ yang benar dalam arti baku –sesuai dengan standar Bahasa Indonesia– adalah “amin”.
Kita bisa cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring):
“amin = terimalah; kabulkanlah; demikianlah hendaknya (dikatakan pada waktu berdoa atau sesudah berdoa)”
Jadi, penulisan kata “amin” yang baku adalah “amin”. Maksudnya baku adalah sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia dan bahasa tulisan.
Namun, penulisan kata “amin” dengan “aamiin” juga dibenarkan, dengan catatan itu penulisan secara bahasa lisan atau bahasa tutur (cara pengucapannya).
Itu pun masih tidak sempurna. Pasalnya, dalam bahasa Arab dan tajwid, kata “a” dalam “amin” itu empat harakat: آمين.
Jadi, harusnya “Aaaamiin”.
Anda tinggal pilih antara cara pengucapannya (aaaamiin) atau cara penulisannya (amin). Yang jelas, jika dalam karya ilmiah atau dokumen resmi, harus mengikuti kaidah tata bahasa: amin.
Demikian ulasan Pengertian dan Penulisan Kata ‘Amin’ yang Benar. (www.komunikasipraktis.com).*