Etika Komunikasi WhatsApp dan Media Sosial

Komunikasi Praktis
WhatsApp (WA) tampaknya masih merupakan aplikasi kirim pesan terpopuler, meski sempat “down” akibat kebijakan barunya soal data pribadi. Berikut ini etika komunikasi di WA atau kode etik menggunakan WhatsApp.
Etika Komunikasi WhatsApp dan Media Sosial

Etika adalah tentang hal yang baik dan buruk serta dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Di dalamnya ada sopan-santun yang mencerminkan budi pekerti bahkan kepribadian umum yang disukai dan tidak disukai.
Kecuali etika profesi, etika umumnya tidak tertulis atau berdasarkan adat, tradisi, atau kebiasaan, hati nurani, dan akal sehat (common sense).
Etika hadir dalam pergaulan sosial, termasuk komunikasi daring (online) melalui WhatsApp. WA kini tampak menggantikan peran telepon dan pesan singkat (SMS). Orang lebih banyak menggunakan WA untuk kirim pesan, baik berupa pesan teks (tulisan) maupun Video Call.
Dulu kita sering mengatakan “sudah ditelepon” atau “sudah SMS”. Kini, kata-kata itu berganti menjadi “sudah di WA” atau “kirim ke WA”.

Jenis konten atau format pesan pada WhatsApp bisa berupa kata-akata atau teks, foto, video, audio, bahkan lokasi (share loc). 

Pengguna WA pun disediakan dua jenis saluran interaksi, yaitu melalui jalur pribadi (bisa disebut “japri”) dan jalur grup (dikenal dengan sebutan WAG atau WA Group).

Pengguna WhatsApp bisa melakukan percakapan melalui menu chat yang memungkinkan pengguna dapat mengutip, copy paste, menghapus sebagian pesan, atau forward (meneruskan pesan).

Etika komunikasi dalam menggunakan WA sangat penting, terutama ketika mengirim, menerima, atau mengomentari pesan di WhatsApp Grup (WAG).

Etika Komunikasi di WhatsApp

Etika komunikasi di WhatsApp (WA) dan media sosial pada dasarnya sama dengan etika komunikasi pada umumnya dalam pergaulan sosial sehari-hari. 
Dalam literatur komunikasi disebutkan, etika komunikasi antara lain jujur atau tidak berbohong, menggunakan panggilan atau sebutan yang baik kepada orang lain, menggunakan pesan bahasa yang sopan dan efektif (mudah dipahami), serta tidak mudah bersikap emosional atau mengikuti amarah.
Etika komunikasi tidak hanya berkaitan dengan tutur kata maupun bahasa baku, tetapi juga berangkat dari niat yang tulus yang diekspresikan dari ketenangan, kesabaran, dan empati dalam berkomunikasi agar terciptanya komunikasi dua arah yang mencirikan penghargaan, perhatian, dan dukungan timbal balik antara pihak-pihak yang berkomunikasi.
Etika dalam menggunakan WhatsApps secara umum adalah “pikirkan sebelum berbicara” (think before speak). Artinya, pikirkan dan saring lebih dulu sebelum mengirimkan pesan, berkomentar, atau meneruskan sebuah pesan.
Etika WA setidaknya mencakup beberapa hal sebagai berikut. Dikutip KomunikasiPraktis dari berbagai sumber.
1. Memikirkan Dampak.
Pengguna WhatsApp harus memikirkan bagaimana pesan yang diberikan tidak memberikan dampak negatif bagi pengguna lainnya. 
Sopan-santun merupakan batasan formal dan standar mengenai bagaimana kita berinteraksi dengan pengguna lain. 
2. Konten Pesan.
Aturan terkait konten yang diunggah sudah ditetapkan melalui UU ITE. Konten yang dilarang di antaranya yang melanggar kesusilaan, konten perjudian, pengehinaan, pencemaran nama baik, pemerasan, ancaman, penyebaran berita bohong (hoax), dan ujaran kebencian (hate speech).
3. Informasi Rahasia
Secara umum, etika berinternet yang jarang diketahui pengguna internet kebanyakan, yaitu tidak membagikan hal-hal yang bersifat rahasia bagi diri sendiri atau pun orang lain. 
Mengunggah konten yang berkaitan dengan kehidupan sendiri saja, dapat memberikan celah pelaku kejahatan untuk melakukan modus penipuan atau pun tindak kriminalitas lainnya.

4. Respek
Dalam menggunakan WA sebaiknya mempertimbangkan penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status, atau hubungan dengan pembicara (komunikan). 
Demikian pula penghormatan terhadap ide, perasaan, makna, dan integritas orang lain.

5. Salam

Saat memulai berkomunikasi, sebaiknya ucapkan salam. Sebutkan nama, dan sampaikan permohonan maaf jika sekiranya obrolan mengganggu waktu orang yang dikirimi pesan. 
Sampaikan juga maksud dan tujuan mengirim pesan (keperluan dan perihal apa). Setelah selesai chatting atau call, jangan lupa ucapkan terima kasih untuk respons dari orang yang dikirimi pesan.

6. Timing
Usahakan tidak mengirimkan pesan WA pada jam-jam sibuk (antara pagi sampai siang) dan tidak mengirimkan pesan pada jam-jam istirahat (antara malam hingga menjelang waktu subuh), kecuali informasi mendesak, luar biasa, atau darurat.
Untuk informasi sangat penting, sebaiknya tidak hanya mengandalkan WA, tapi juga gunakan SMS atau panggilan telepon biasa.
7. Hindari Pengulangan
Hindari mengirim pesan WA yang sama berkali-kali. Beberapa orang cenderung merasa risih dan terganggu aktivitasnya dengan tindakan seperti ini. Cukup mengirimkan pesan satu kali saja dan tunggu hingga pesan tersebut dibalas oleh penerimanya.
8. Perkenalkan diri
Layaknya bertemu langsung dengan lawan bicara, memperkenalkan diri adalah hal primer yang perlu dilakukan oleh pengguna WA, terutama dalam grup yang anggotanya belum saling mengenal. 
Selain sebagai bentuk keramahan, keuntungan memperkenalkan diri adalah sarana promosi gratis dan efektif kepada seluruh anggota grup tertentu. 
Sebutkan nama, lokasi tinggal, dan profesi atau pekerjaan untuk memudahkan identifikasi—bahkan jika mungkin sisipkan informasi mengenai minat atau hobi.

9. Kurangi bercanda

Banyak orang keluar Grup WA karena isinya hanya “cekakak cekikik” unfaedah. Setiap kali mengaktifkan data untuk mengakses Internet, pesan-pesan yang muncul dalam grup-grup itu tak jauh dari candaan kering dalam bentuk meme jadul dan stiker yang monoton —bahkan sering bernada ‘jorok’. 
10. Jangan menyela
Dalam percakapan pada sebuah grup, biasanya ketika membahas isu penting atau deksripsi proyek tertentu, arus pesan begitu deras mengalir. 
Setiap orang tampak ingin menyampaikan pendapat dan pandangannya dengan cepat, seolah tak mau didahului orang lain. “XXX is typing…” begitu biasanya yang tercantum di bagian atas WA. 
Menuturkan opini atau komentar tentu boleh, dan bahkan bagus agar diskusi berjalan produktif.

Akan tetapi, percakapan dalam sebuah grup menjadi tak nyaman ketika ada peserta yang menyela dengan argumen yang serampangan dan tidak kuat. Ada baiknya dipikirkan dulu sampai matang, barulah komentar dikirimkan. 


11.  Dibaca tapi tak dijawab
Ini kasus yang sangat sering terjadi, bahkan sempat viral di media sosial. Apa lagi kalau bukan soal dua centang biru. Ikon ini adalah tanda bahwa sebuah pesan telah terkirim dan dibaca oleh penerima. 
Pesan yang hanya dibaca dan tidak tak kunjung dibalas sangat menjengkelkan siapa pun. Pengirim pesan sangat menantikan respons dalam waktu yang cepat. 
Jika kita telah membaca sebuah pesan, balaslah atau responslah secara proporsional— apalagi jika mengenai pertanyaan mendesak dan penting. 
12. Hindari konten jualan
Sebaiknya hindari sering kirim pesan jualan atau promosi –kecuali kalau memang itu khusus grup jualan. Sesekali promo jualan mungkin dimaklum, namun jika sering iklan akan mengganggu member WAG lain atau pengguna WA lain.
Itulah etika berkomunikasi di WA dan media sosial pada umumnya. Penggunaan atau pengabaian etika komunikasi mencerminkan kepribadian Anda. Wasalam.*

Discover more from Komunikasi Praktis

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading