Cara Menawarkan Naskah Buku kepada Penerbit
TANYA: Saya mohon dapat berbagi pengalaman tentang beberapa hal yang menjadi kendala saat menulis :
1. Alhamdulillah saya telah menulis disebuah tabloid dan koran, namun saya menulisnya bernuansa islami. Saya ingin mencoba menulis yang tidak terlalu mencirikan islami secara terbuka, bagaimanakah caranya dan media apa yang memadai?
2. Saya telah memiliki beberapa tulisan yang cukup untuk dibentuk dalam sebuah buku. Bagaimanakah cara mempersiapkan dan menawarkan kepadapenerbit?
3. Bagaimana sih membaca karakter media agar kita bisa memasukinya sehingga kita tepat dalam mengirim artikel?
4. Rata2 tulisan saya berbicara tentang membuka potensi diri. Apakah bahasan ini terlalu klise dan tidak laku di pasaran buku?
Sebelumnya, terimakasih banyak atas berbagi pengalamannya. Ditunggu.
JAWAB:
1. Jika teknik menulis sudah Anda kuasai, masalah isi/substansi atau topik tidak akan menjadi kendala, karena toh Anda tinggal mengisi “gelas kosong” (kerangka tulisan).
Medianya tentu media banyak, utamanya media umum, apalagi media massa umum pun sering memuat tulisan berharum Islami. Pelajari saja media-media yang Anda akan kirimi tulisan, lalu kenali “karakter tulisan” –dari segi redaksional/gaya bahasa dan materi/isi– yang dimuatnya, apakah ada yang cocok dengan tulisan Anda?
2. Untuk menawarkan nakah buku kepada penerbit, kirimkan CV Anda, daftar isi buku, abstraksi atau keterangan ringkas tentang isi buku secara garis besar, boleh juga naskah lengkap dalam bentuk file ataupun print out.
Kirimkan saja ke penerbit yang Anda kenal atau yang biasa menerbitkan buku-buku yang setema dengan karya Anda sekarang. O ya, jangan lupa surat pengantar berisi penawaran naskah untuk diterbitkan atau permohonan untuk diterbitkan. Sebaiknya Anda kirimkan langsung dan bisa berdiskusi dengan editor/pihak penerbit tentang buku Anda.
3. Karakter media bisa dikenali dari figur pemilik dan pemimpin redaksinya, juga dari headline atau berita-berita dan artikel yang biasa dimuatnya. Kita bisa mengenali atau mengidentifikasi gaya bahasanya (redaksional) dan tema atau isu-isu yang diangkatnya (substansial).
4. Saya yakin, tema tentang membuka potensi diri selalu aktual dan menarik, “abadi”-lah begtu, karena itu merupakan hal fundamental bagi manusia yang ingin hidup lebih dinamis dan maju. Tentu tidak klise, tapi “klasik”, dalam arti selalu menarik dan “enak” dibaca. Karenanya, saya yakin akan laku di pasaran, bahkan bisa jadi menjadi buku “best seller”. Selamat berjuang! (http://www.komunikasipraktis.com).*