Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang biasa digunakan oleh wartawan dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik memiliki karakteristik atau ciri hemat kata, lugas, sederhana, dan mudah dipahami.
Pengertian Bahasa Jurnalistik
Dalam bahasa Inggris, bahasa jurnalistik disebut language of mass communication atau bahasa komunikasi massa, yaitu bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada publik melalui media massa.
Bahasa Jurnalistik disebut juga bahasa wartawan, bahasa suratkabar (newspaper language), atau bahasa media.
Wartawan profesional memahami betul pentingnya penggunaan bahasa jurnalistik untuk efektifikas penulisan berita, sehingga berita mudah dipahami semua kalangan.
Ruh bahasa jurnalistik adalah keringkasan dan kesederhanaan atau hemat kata dan kemudahan dipahami oleh audiens. Ciri atau karakter utama bahasa jurnalistik adalah hemat kata (economy of words).
Bahasa jurnalistik menjadi bagian dari profesionalisme wartawan, sebagaimana kalangan kedokteran –misalnya– juga memiliki gaya bahasa tersendiri, seperti ketika dokter menulis resep dokter hanya hanya dipahami kalangan dokter sendiri dan para apoteker.
Wartawan yang tidak menggunakan bahasa jurnalistik dalam menulis berita bisa dikatakan bukan wartawan profesional. Tulisannya pun jadi kurang efektif-efisien, bahkan tidak enak dibaca dan sulit dipahami.
Pengabaian terbesar umumnya terjadi pada unsur hemat kata. Sekadar contoh, masih banyak wartawan yang menulis 6 Juni mendatang. Kata “mendatang” termasuk kata mubazir atau tidak perlu. Sebaiknya diganti menjadi tahun: 6 Juni 2016.
Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Berbagai literatur tentang bahasa jurnalistik menyebutkan, karakteristik bahasa jurnalistik antara lain sebagai berikut:
Sederhana
Simplify! Simpliy! (Sederhanakanlah! Sederhanakanlah!) Ini salah satu anjuran klasik dalam dunia jurnalisme.
Bahasa jurnalistik menggunakan bahasa yang biasa digunakan sehari-hari, namun tetap mengacu pada bahasa baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Bahasa jurnalistik juga menghindari jargon (Baca: Pengertian Jargon dan Contohnya).
Karya jurnalistik seperti berita, dengan demikian, tidak menggunakan bahasa ilmiah yang “njelimet” yang hanya dipahami kalangan akademisi di kampus perguruan tinggi.
Kunci kesederhaan ragam bahasa jurnalisme terletak pada kata dan kalimat. Hindarilah kata-kata yang susah diucapkan oleh audiens, juga kata yang asing atau sudah tak lazim dipakai, seperti “mengejawantahkan” (mewujudkan) atau “dalam rangka” (untuk).
Lugas
Tidak bertele-tele atau tidak muter-muter, tapi langsung ke pokok masalah alias to the point. Gunakan “menangis” lebih lugas ketimbang “bahasa indah” atau kata berona (colorful words) “menitikkan air mata”.
Lugas juga berarti tidak bermakna ganda atau multitafsir. Jika ada kata atau kalimat yang bermakna ganda, gunakan tanda petik.
Hemat: Karakteristik Utama Bahasa Jurnalistik
Ini ciri utama bahasa jurnalistik. Hemat kata dan kalimat wajib dilakukan karena keterbatasan ruang dan waktu atau kolom dan durasi, khususnya berita koran, berita radio, dan jurnalistik televisi.
Di media online yang “unlimited space” juga perlu hemat kata agar naskah tidak terlalu panjang. Tujuan hemat kata terutama agar naskah menjadi ringkas.
Dalam bahasa apa pun, tulisan pendek lebih menarik dan lebih mudah dipahami ketimbang tulisan panjang.
Penghematan dalam bahasa jurnalistik dilakukan dalam unsur kata dan kalimat. Contohnya sebagai berikut:
Hemat Kata:
- Kemudian > Lalu
- Kurang lebih > Sekitar
- Apabila > Bila, Jika
- Semakin >Makin, Kian
- Sehingga > Hingga
Hemat Kalimat:
- Memberikan Pertolongan > Menolong
- Memberikan Bantuan > Membantu
- Memberi gambaran > menggambarkan
- Melakukan Pencurian > Mencuri
- Melakukan penelitian > Meneliti
- Mengajukan gugatan > Menggugat
- Mengajukan penawaran > Menawar
Unsur Hari, Bulan, Tahun
- Hari Kamis > Kamis
- Pada Hari Senin > Senin
- Bulan Desember > Desember
- Pada bulan Maret > Maret
- 12 Juni mendatang > 12 Juni 2016
- 11 Mei lalu > 11 Mei 2015
Penggunaan kata baku juga lebih hemat kata dari bahasa tidak baku. (Baca: Daftar Kata Baku – Tidak Baku Bahasa Indonesia).
Aktif
Selain serbahemat dan lugas, bahasa jurnalistik lebih lincah-dinamis menggunakan kalimat aktif, bukan kalimat pasif. “Polisi menangkap pencuri” lebih dinamis dari “Pencuri ditangkap polisi”.
Logis
Bahasa jurnalistik menggunakan kalimat logis atau masuk akal. Standar baku kalimat dalam bahasa Indonesia menjadi acuan, yakni SPOK = Subjek, Predikat, Objek, Keterangan.
Dengan pola SPOK, kalimat bukan saja menjadi sederhana dan mudah dipahami, tapi juga logis.
Demikian ulasan ringkas tentang pengertian dan karakteristik bahasa jurnalistik. (http://www.komunikasipraktis.com).*