Di postingan sebelumnya sudah dibahas tentang Komunikasi Dakwah. Kali ini kita bahas Prinsip Komunikasi Islam atau Ayat-Ayat Komunikasi dalam Al-Quran.
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam, kita dapat menemukan setidaknya enam jenis komunikasi, gaya bicara, atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam.
Prinsip komunikasi Islam ini bersumberkan Al-Quran –karenanya disebut saja “Ayat-Ayat Komunikasi”.
Pengertian Komunikasi Islam
Yang dimaksud Komunikasi Islam adalah komunikasi berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw.
Komunikasi Islam juga bermakna penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam.
Ajaran Islam memberikan pedoman komunikasi seperti dalam 6 prinsip yang dikutip dari ayat-ayat tentang komunikasi.
Menurut Harjani Hefni dalam buku Komunikasi Islam (Prenada Media, 2017), dalam Al-Quran dan Hadis ditemukan cukup banyak istilah yang terkait dengan komunikasi.
Di antara istilah tersebut ialah lafadz, qaul, kalarn, nuthq, naba, khabar, hiwar, jidal, bayan, tadzkir, tabsyir, indzar, tahridh, waadz, dakwah, taaruf, tawashi, tabligh, dan irsad.
Menurut Harjani, komunikasi Islam adalah komunikasi yang dibangun di atas prinsip-prinsip Islam yang memiliki roh kedamaian, keramahan, dan keselamatan.
Istilah untuk komunikasi dalam bahasa Arab adalah tawashul.
Tawashul berasal dari kata “washala” yang berarti “sampai”. Dengan demikian, tawashul adalah proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua pihak sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang melakukan komunikasi.
Istilah lain dalam bahasa Arab untuk merujuk istilah komunikasi adalah ittishal yang lebih menekankan pada makna “ketersambungan pesan”.
Dalam ittishal, jika pesan yang dikirimkan oleh komunikator sampai dan bersambung pada komunikan, maka itulah komunikasi.
Allah SWT juga berkomunikasi kepada umat manusia melalui Al-Quran. Sebaliknya, manusia juga berkomunikasi dengan-Nya melalui ibadah, khususnya doa.
6 Prinsip Komunikasi Islam
Ada 6 prinsip komunikasi dalam perspektif Islam:
- Qaulan Sadida –perkataan yang benar alias tidak dusta
- Qaulan Baligha –ucapan yang lugas, efektif, dan tidak berbelit-belit
- Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik, santun, dan tidak kasar
- Qaulan Karima –kata-kata yang mulia dan penuh penghormatan
- Qaulan Layina –ucapan yang lemah-lembut menyentuh hati
- Qaulan Maysura –ucapan yang mudah dipahami lagi menyenangkan dan tidak menyinggung perasaan.
1. Qaulan Sadida
Qaulan Sadida artinya perkataan yang benar. Prinsip ini terdapat dalam firman Allah SWT dalam Alquran surat An-Nisa:9.
Artinya:“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar” (QS. 4:9).
Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.
“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30)
Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kaidah bahasa yang berlaku.
2. Qaulan Baligha
Kata baligha berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.
Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha – perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).
3. Qaulan Ma’rufa.
Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, tidak kasar, dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan.
Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa : 5 dan 8, QS. Al-Baqarah: 235 dan 263, serta QS Al-Ahzab: 32.
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (QS An-Nisa:5).
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik” (QS An-Nisa:8).
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf (Q.S Al-Baqarah:235).
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima)” (QS Al-Baqarah:263).
“Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik” (QS Al-Ahzab:32).
4. Qaulan Karima.
Qaulan Karima artinya perkataan yang mulia, yaitu komunikasi dengan sopan santun disertai rasa hormat (respek) kepada orang lain, khususnya saat komunikasi dengan orangtua.
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al – Isra:23).
Dalam konteks komunikasi jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna menggunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari teks dan visual “bad taste” yang menimbulkan rasa jijik, muak, ngeri, dan sadis.
5. Qaulan Layina.
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS Thaha: 44).
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun a.s. agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun.
Dengan Qaulan Layina, hati komunikan akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita.
6. Qaulan Maysura.
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan.
Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan dan bijak –sesuai dengan situasi dan kondisi.
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas” (QS. Al-Isra:28).
Demikian 6 Prinsip Komunikasi Islam: Ayat-Ayat Komunikasi. Wasalam. (www.komunikasipraktis.com).*