SEORANG Pembawa Acara atau Master of Ceremony (MC) “pemula” (newbie emcee) sering melakukan kesalahan dalam penggunaan kata-kata atau kalimat.
Sang MC umumnya meniru MC senior, padahal yang dikatakan senior itu keliru secara bahasa karena menggunakan kalimat tidak logis.
MC atau memabawakan acara termasuk public speaking atau berbicara di depan umum. Jangan sampai kesalahan dalam ngemsi berikut ini Anda alami ya!
5 Kesalahan MC dalam Memandu Acara
Berikut ini lima kesalahan MC dalam menggunakan kata, frasa, atau kalimat. Salah karena menggunakan kalimat tidak logis. Jadi, ini kesalahan dari sudut bahasa yang baik dan benar (baku) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
1. Mempersingkat Waktu
Jangan gunakan frasa “untuk mempersingkat waktu” karena waktu tidak bisa disingkat. Waktu hanya bisa dihemat atau diefisienkan.
Karenanya, gunakan frasa “Untuk efisiensi waktu, acara selanjutnya…” atau langsung saja gunakan frasa “acara selanjutnya”.
Misalnya: Hadirin, mari kita buka acara ini dengan mengucapkan basmalah… bismillahirrohmanirrohim…// Acara selanjutnya sambuta-sambutan// Sambutan pertama/ dari ketua panitia// Kepada Ketua Panitia, Bapak Ahmad Fulan, kami persilakan (atau “kami silakan”).
2. Menginjak Acara
Selain frasa “untuk mempersingkat waktu”, frasa keliru MC lainnya yaitu “menginjak acara”. Menurut KBBI, “injak” artinya “letakkan kaki (ke tanah, permukaan, dan sebagainya)“. Menginjak = meletakkan kaki ke tanah, permukaan, dsb.
Acara diinjak? O, tentu tidak bisa! Itu namanya “kekerasan dalam acara” (KDA). Jadi, ngomong apa dong? Ucapkan saja: “Acara selanjutnya”. Simple ‘kan?
3. Waktu dan Tempat
“Waktu dan tempat kami persilakan” sangat sering digunakan oleh pemandu acara yang belum paham atau belum pernah ikut Pelatihan MC.
Mempersilakan waktu dan tempat tampil adalah hal tidak logis. Waktu dan tempat bukan orang, bukan pengisi acara, bukan pemateri. Karenanya, jangan gunakan frasa “waktu dan tempat”, tapi gunakan nama orang yang kita silakan tampil.
Contoh:
– Kepada Bapak Lurah, kami persilakan…
– Kepada Bapak Ketua Panitia, kami silakan….
Persilakan? Iya, persilakan, kenapa emang? Oh… awalan “per” ya? Baiklah. Menurut KBBI, salah satu arti “per” adalah “membuat lebih”, seperti “perluas” (sudah luas, ditambah luas).
Maka, kata “persilakan” bermakna lebih disilakan karena biasanya pengisi acara menang sudah lebih dulu disilakan ketika namanya dicantumkan dalam susunan acara.
Bagaimana dengan kata “disilakan“. Konon, itu untuk ungkapan lebih hormat. Tapi, kata “sila” sendiri sudah bermakna “memohon dengan hormat”.
Disilakan bermakna “diminta dengan hormat”. Nah, siapa yang meminta? Kesimpulan, karena yang komunikasinya antara MC sebagai orang pertama dan pembicara sebagai orang kedua, maka seharusnya gunakan kata “kami persilakan” atau “kami silakan”.
4. Hadirin Sekalian/Para Hadirin
Kata “hadirin” merupakan serapan dari bahasa Arab dari akar kata “hadoro” yang artinya menghadiri atau ada di tempat. Dalam bahasa Arab, hadir artinya orang yang hadir, hadironi (dua orang yang hadir), dan hadirun/hadirin (orang-oran yang hadir).
Jadi, “hadirin” sudah bermakna banyak (plural), yakni orang-orang yang hadir, sehingga tak perlu lagi menggunakan kata “sekalian” atau “para” yang juga menunjukkan banyak. Cukup: hadirin!
Frasa “hadirin sekalian” atau “para hadirin” adalah pleonasme, yaitu majas bahasa yang menambahkan informasi pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak dibutuhkan, sebaimana “dia turun ke bawah” (turun pasti ke bawah dong!) atau “naik ke atas” (naik sudah pasti ke atas dong!).
5. Yang Terhormat
MC sering menyapa tamu khusus atau pejabat yang hadir dalam sebuah acara dengan ungkapan “yang terhormat”. Jika hanya menyebutkan satu nama, maka tidak masalah.
Namun, dalam banyak kasus, MC menyebutkan frasa “yang terhormat” berkali-kali untuk menyebut nama lain. Misalnya:
- Yang terhormat Bapak Camat
- Yang terhormat Bapak Kapolsek
- Yang terhormat Bapak Lurah
Contoh:
– Yang terhormat Bapak Camat
– Yang kami hormati Bapak Lurah, Bapak RW, dan Bapak RT.
– Hadirin yang berbahagia.
Namun demikian, tidak keliru juga menggunakan frasa “yang terhormat” berkali-kali untuk beberapa nama, jika yang dimaksud”ter-” dalam kata “terhormat” itu bermakna “dalam keadaan” (terhormat = dalam keadaan dihormati).
Menurut laman Badan Bahasa, arti awalan ter- ada empat:
- Paling. Berlaku kalau awalan ter- melekat pada kata sifat, seperti cantik, pandai, dan tinggi. Jadi, kata tercantik, terpandai dan tertinggi berarti ‘paling cantik’, ‘paling pandai’, dan ‘paling tinggi’.
- Tidak sengaja atau tiba-tiba. Contohnya adalah terjatuh, tersenggol, terbangun, dan teringat. Kata-kata itu berarti ‘tidak sengaja jatuh’, ‘tidak sengaja menyenggol’, ‘tiba-tiba bangun’, dan ‘tiba-tiba ingat’.
- Dapat di. Kata “terkira” dan “terangkat” adaIah contoh kata berawalan ter- yang berarti ‘dapat di-‘. Jadi, kata terkira dan terangkat itu berarti ‘dapat dikira’ dan ‘dapat diangkat’.
- Telah dilakukan atau dalam keadaan. Contoh awalan ter- yang berarti ‘telah dilakukan’ atau ‘dalam keadaan’ terdapat pada kata terbuka dan tergeletak. Terbuka berarti ‘telah dibuka’, ‘dalam keadaan dibuka’ dan tergeletak berarti ‘dalam keadaan menggeletak’.
Kenapa “Kami”?
Contoh-contoh di atas menggunakan kata “kami”, bukan “saya” (sebagai emsi). Kenapa?
Menggunakan “kami” karena MC mewakili panitia acara atau tuan rumah. Wasalam. (www.komunikasipraktis.com).*